18 Agustus 2016

Sudah Adilkah aku?

Keadilan, sebuah kata yang maknanya sangat luas. Banyak orang bersepakat dan bahkan menggunakan kata itu untuk sebuah perjuangan. Pada tulisan kali ini, saya ingin mengajak untuk melihat Keadilan dari hal-hal kecil saja. Gak usah yang berat-berat. Bagaimana keadilan dilakukan jika masih ada pemilihan kepada siapa suatu hal harus atau tidak dilakukan. Memilih siapa yang harus dan siapa yang tidak boleh pasti ada alasan subyektif. Misalnya begini, perlakuan seorang pramuniaga kepada customer yang datang seringkali diiringi dengan alasan subyektif. Customer yang kelihatan perlente, memakai pakaian bagus dengan membawa gadget merk ternama seringkali mendapat perlakuan lebih daripada seorang yang memakai pakaian lusuh dan gak meyakinkan.

Perlakuan seperti ini juga bisa menghinggapi pimpinan-pimpinan di kantor. Saya pernah menemukan model orang yang “silau” dengan kondisi materi bawahannya. Pimpinan itu merasa bersalah jika tidak memberikan posisi atau pendapatan yang sepadan dengan bawahannya itu. Apalagi jika dibarengi kepentingan pribadi misalkan sibawahan cantik, semlohay dan tajir orang tuanya. Atau alasan SARA.. misalnya satu ras dan agama. Penilaian berdasar alasan-alasan subyektif ini yang sering berbenturan dengan prinsip-prinsip keadilan.

Dalam dunia pendidikan juga ada hal seperti itu. Lihat saja bagaimana Ujian Nasional dilakukan dengan tujuan mengukur tingkat mutu siswa. Bagaimana bisa dipahami jika buah apel disandingkan dengan buah mengkudu. Anak-anak orang mapan yang dibekali dengan les-les tambahan ini dan itu. Dengan asupan gizi yang lebih bagus. Dengan fasilitas dirumah yang lebih komplit lalu disandingkan dengan anak-anak dari orang tua yang kurang beruntung secara finansial. Memang betul ada dari mereka yang juga menunjukkan keberhasilan secara akademis. Tapi pertanyaannya; berapa persen?.

Keadilan juga bisa dijelaskan sederhana. Bagaimana perlakuanmu kepada sahabat-sahabatmu? Atas dasar apa kamu menghargai dan menghormati mereka. Sikap permisif diberikan kepada siapa? Atau bagaimana perasaanmu jika melihat ada yang membully temanmu yang tidak punya daya elak? Itu dulu deh..Saya gak mau lanjutin tema Keadilan ini yang berkaitan dengan Poligami. Hehehe…bisa runyam dan panjang nanti.

06 Agustus 2016

NYOLOT

“Attitude is a little thing that makes a big difference.” ― Winston S. Churchill

Pernah gak Anda menemui seseorang yang suka Nyolot? Apa sih nyolot? Nyolot menurut Yahoo umumnya digunakan oleh orang yang berbahasa betawi. "Nyolot" adalah expresi yang ditunjukan seseorang pada waktu menyampaikan kehendak atau argumentasinya secara emosi dan memaksa kepada lawan bicaranya. Ekspresi ditunjukan dengan mimik muka yang tegang, urat leher menonjol serta mata yg melotot. "Nyolot" ini muncul sebagai reaksi atas penolakan atau ketidak setujuan lawan bicara atas pendapat atau argumentasi yg disampaikan oleh orang yang nyolot tersebut.

Jika sebelumnya saya membahas mengenai Baper yang biasanya menghinggapi orang-orang berkepribadian melankolis, maka kali ini kita bicara tentang karakter Nyolot. Nyolot biasanya dimiliki orang-orang dengan kepribadian Koleris. Ini adalah lawan dari karakter Melankolis. Kelebihan orang tipe koleris biasanya berani, sistematis, mempunyai strategi dan berani mengambil resiko. Dia juga mandiri dan sangat rasional.

Dikehidupan sehari-hari ada orang-orang yang senangnya berkonfrontasi. Misalnya begini, ketika salah satu dari teman, misalnya si A mengatakan sesuatu. si B mengomentari dengan ..”oh gitu ya? Bla bla bla”. Tapi si Nyolot biasanya gak akan langsung setuju. Si Nyolot akan berupaya sekuat tenaga untuk mematahkan pendapat Si A, misalnya dengan begini; …”ah salah itu.” Atau “Jangan kayak gitu” atau kalimat-kalimat penolakan lainnya.

Dalam pergaulan, mungkin tidak ada yang berani memberi tahu kalau sifat ini bikin tidak enak. Apalagi si Nyolot biasanya juga gampang marah kalau diberi nasihat dan mudah esmosi. Si Nyolot selalu menganggap dirinyalah yang betul dan orang lain salah. Akhirnya daripada bikin suasana gak enak orang disekelilingnya biasanya mengalah dengan cara diam. Si Nyolot juga sering bersikap defensive. Berprasangka buruk pada orang lain dan sangat anti disalahkan. Dia akan melakukan apa saja untuk mengatakan bahwa sikapnya adalah benar. So jika kamu merasa diri kamu suka nyolot ada solusinya nih :

1. Seringlah beristigfar. Dengan beristigfar kita akan selalu diingatkan bahwa sifat nyolot itu tidak bagus dan gak nguntungin.

2. Seringlah tersenyum. Ketika bibir tersenyum saraf-saraf dikepala kita akan mengendur dan sangat sulit dan tidak singkron jika kita tersenyum sambil nyolot.

3. Seringlah membaca. Dengan banyak membaca wawasan Anda akan lebih luas, sampai secara tak sengaja akhirnya menemukan tulisan-tulisan seperti ini…hehehe

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa Nyolot bukanlah Kutukan! Kita punya kendali sepenuhnya atas apa yang akan kita lakukan...