26 Februari 2009

Service Excellent


Semua orang Indonesia yang menetap di Amerika pasti tahu Philadelphia..kota tertua di Amerika termasuk dinegara bagian Pennsylvania. Majalah Suara Kabari menjulukinya sebagai kampung kecil Indonesia. Di kota ini menetap begitu banyak orang asal Indonesia.

Ada cerita menarik yang saya dapat dari Ibu Magdalena Sukartono, tentang Philadelphia. Diceritakan seorang resepsionis hotel di Philadelphia, suatu malam kedatangan sepasang suami istri yang sudah tua memesan kamar. Tetapi, semua kamar sudah penuh. Bahkan, semua hotel yang mereka datangi full booked. Karena saat itu musim dingin dan ada badai. Resepsionis merasa iba. Ia menawari mereka kamar tidurnya yang terletak diujung lorong. Kamar yang memang disediakan bagi karyawan yang bertugas. Karena tampak tulus dan keadaan memaksa, tamu itupun bersedia.


Dua tahun kemudian, resepsionis tersebut mendapat kiriman tiket pesawat ke New York dan undangan untuk hadir di sebuah hotel yang megah di Fifth Avenue cross 34th Street New York. Singkat cerita, sang resepsionis diangkat menjadi general manager hotel megah milik William Waldorf Aston, tamu yang pernah ditolong bermalam dikamarnya. Resepsionis tidak menyangka bahwa kebaikan kecil yang pernah dilakukannnya mampu mengubah hidupnya.


Cerita berikutnya terjadi di Indonesia. Seorang resepsionis sebuah restaurant ternama yang berada dilantai dasar hotel bintang lima di Jakarta, kedatangan seorang tamu. Seorang bapak tua yang mengenakan baju batik dan memakai peci (songkok). Wajahnya sangat sederhana (emang ada yah..wajah yang gak sederhana..he he he....) kebetulan difunction room hotel saat itu ada acara yang dihadiri banyak tamu. Sambil tengak tengok si bapak mendatangi resepsionis. Dengan wajah datar si resepsionis bertanya.."Mau kemana pak?..kalau toilet sebelah sana.." sambil tangannya menunjuk kearah toilet. Bapak itu menjawab dengan suara lembut.."Oh..tidak..saya mau bertemu teman saya, Pak Mochtar Riady....katanya direstaurant hotel ini.."


Plak!!! seperti ditampar wajah sang resepsionis. Ternyata bapak tua itu adalah tamu pemilik restaurant sekaligus hotel tempatnya bekerja. Bapak tua itu diundang khusus oleh Mochtar Riady pemilik group Lippo, salah seorang konglomerat Indonesia. Pak Mochtar Riady yang dikenal disiplin ternyata datang lebih awal 10 menit dari waktu yang disepakati. Entah karena kejadian tersebut atau ada masalah lain, akhirnya sang resepsionis mengundurkan diri dari tempatnya bekerja.


Pesan moral cerita ini, adalah penting banget buat kita untuk menguasai ketrampilan pelayanan prima (mastery your service excellent). Doni Prihandono menyebutnya ruh pelayanan (servant soul). Ini kayaknya tidak hanya berlaku dibidang kerja yang melayani pihak luar. Termasuk juga bagaimana kita memberikan pelayanan terbaik bagi kolega, rekan kerja, atau siapapun yang berhubungan dengan kita.. Hehehe...Teorinya sih gampang ya?


02 Februari 2009

Menu Degustation


Hujan lagi....hawa dingin kayak gini enaknya ngapain? seperti yang udah-udah kok langsung kepikir bikin makanan yang enak..tapi kok ya males ya.......halah! ya udah ngomonginnya aja dulu dech.

Buat yang berkecimpung di kuliner , menu degustation pasti dah gak asing..(selanjutnya disingkat MD aja) yaitu salah satu konsep penyajian makanan dimana tamu restaurant demikian percaya kepada Chef sang juru masak, bahwa apapun yang dihidangkan Chef akan menjadi pengalaman bersantap yang tak terlupakan.


Konsekwensi dari konsep MD ini pastinya berujung pada harga yang dipatok oleh Chef menjadi sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan. Di tiap kesempatan Chef akan mengganti ragam hidangannya, jadi para penggemar yang notabene orang-orang yang berkebebasan finansial, selalu punya alesan buat datang lagi dan datang lagi....


Pada beberapa restaurant yang menyajikan MD ini, paket mulai dari hidangan pembangkit selera (appetizer), menu utama sampai hidangan penutup (dessert) selalu diupayakan kwalitasnya setinggi-tingginya..menyeluruh bukan hanya rasa tapi juga tampilannya...gak salah kalau dibilang seni kuliner paling jelas yah disini tempatnya.


Seattle punya "Rover", Tacoma punya "32silvers", California punya "Benihana". Paris dengan "Vivarois", New York ada "Nobu"...yang laen bisa ditambahin sendiri. Oh ya... Jakarta secara subyektif punya "Shima" Aryaduta. Mereka menyajikan MD dengan sangat baik meski dengan cara masing-masing. Skill, technik, kreativitas dan inovasi seorang Chef penting banget..ya iyalah...harganya itu lho...buat sebagian orang..malah bisa bikin gak selera makan.



Konsep MD memang masih sangat terbatas kita jumpai, apalagi kalo dihubungkan dengan harganya yang "wah!"...tentu bisa dipahamin banget kalau konsep ini menjadi exclusive... mungkin mirip konsep ABC (Activity Based Costing) method pada penetapan Cost Accounting. Saya sendiri yang pernah tinggal di Seattle cuma melihat dari luar resto "Rover" di Madison Street favouritnya P'Bondan "maknyuss" Winarno. Bukan apa-apa..pilihannya: makan di Rover sekali, bandingannya uang itu bisa buat belanja bahan makanan di Jackson street (Chinatown-nya Seattle) untuk 2 minggu....yah dipilih yang terakhir dech....